Hai...Hai...Hai...

Terima kasih sudah mengunjungi blog saya...

Do you know me?

I'm a farmer...
I'm a scientist...
I'm an university student of Padjadjaran...
I'm an agrotechnologician...
I'm Andreas Panggabean...

and I'm so proud to be my self...

Jumat, 03 Desember 2010

Apa itu komunikasi

Pengertian Komunikasi
Melalui komunikasi seseorang dapat mempengaruhi dan bahkan mengubah sikap orang lain, yang berbentuk suatu kesepakatan yang dikenal sebagai ”pendapat umum” atau ”mengambil keputusan”. Komunikasi memungkinkan suatu ide, baik baru atau lama, tersebar dan dihayati, diterima atau ditolak seseorang antar kelompok orang dalam suatu masyarakat.

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin "communicare", yang berarti "berpartisipasi, pemberitahuan" atau "menjadi milik bersama." Bila berasal dari bahasa Inggris, komunikasi berasal dari kata ”common”.

Ditinjau dari segi sistem komunikasi paling tidak komunikasi harus mempunyai tiga komponen sistem pokok yaitu komunikator, pesan, dan komunikan. Hingga atas dasar ini memerlukan pengertian, bahwa komunikasi adalah proses seseorang insan (komunikator) menyampaikan pesan, biasanya berupa lambang–lambang berbentuk kata–kata atau kalimat, untuk mengubah sikap atau tingkah laku insan lainya.

Proses Komunikasi
Dari pengertian komunikasi, tampak adanya sejumlah komponen–komponen, komponen–komponen tersebut meliputi:
1. Komunikator adalah pihak yang mempunyai prakarsa untuk mengadakan pembaharuan yang memberikan pesan.
2. Tujuan atau obyek adalah yang diharapkan oleh komunikator atau tujuan yang hendak dicapai oleh sasaran.
3. Sasaran target adalah pihak yang diusahakan terjadinya perubahan atau menerima anjuran perbaikan.
4. Amanat atau message adalah apa–apa yang disampaikan oleh komunikator.
5. Saluran atau channel adalah jalan atau cara yang dipergunakan oleh komunikator untuk perbaikan pesan.
6. Perlakuan atau treatment adalah frekwensi atau berapa kali pesan itu disampaikan.

Dalam penyuluhan pertanian untuk mengadakan proses komunikasi maka paling sedikit akan menyangkut dua orang ialah seseorang sebagai sumber atau komunikator dan seseorang yang akan menerima pesan atau komunikan. Komponen–komponen komunikasi meliputi:
1. Komunikator adalah orang yang memberikan pesan.
2. Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang.
3. Komunikan adalah orang yang menerima pesan.
4. Media adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.
5. Efek adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Adapun tahap–tahap pada proses komunikasi dalam kegiatan penyuluhan adalah:
1. Menarik perhatian yaitu usaha untuk menimbulkan perhatian, atau kesadaran pada petani tentang adanya sesuatu yang baru.
2. Menggunggah hati yaitu usaha untuk menimbulkan perasaan terbuka pada petani untuk sesuatu yang baru yang telah disadari tersebutp petani dalam hal ini ingin mengetahui lebih banyak.
3. Membangkitkan keinginan yaitu usaha untuk menumbuhkan keinginan untuk memperoleh atau mengerjakan cara yang baru yang telah dianjurkan.
4. Meyakinkan yaitu usaha untuk meyakinkan pada petani agar tidak ragu–ragu pada hal–hal yang baru.
5. Menggerakkan usaha yaitu usaha agar petani melaksanakan cara–cara yang baru tersebut, atau dipraktekkan secara lebih luas dan terus menerus.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa komponen dalam proses komunikasi adalah komunikator, pesan, metode, media, komunikan dan efek.



Komunikasi merupakan sumber kehidupan organisasi. Tentang hal ini Sutarto (1991) mengemukakan dua pendapat mengenai komunikasi dalam organisasi dari Rogers dan Keith Davis. Rogers mengemukakan sebagai berikut. “Comunication is lifeblood of an organization, if we could somehow remove communication flow from organization, we could not have organization”.
(Komunikasi adalah darah kehidupan organisasi, jika kita bagaimanapun juga menghentikan aliran komunikasi dalam organisasi, kita tidak akan memiliki organisasi). Adapun Keith Davis mengemukakan bahwa kebutuhan komunikasi bagi organisasi sama dengan kebutuhan aliran darah bagi orang. Sebagaimana orang menghasilkan penyempitan pembuluh nadi, suatu pembekuan yang mengganggu efisiensi mereka, begitu juga organisasi menghasilkan “infosclerosis”, suatu pembekuan nadi informasi yang menghasilkan ketidakefisienan yang sama.
Iklim komunikasi dalam organisasi sangat berpengaruh terhadap keefektifan kinerja kelompok dalam organisasi. Terkait dengan hal tersebut Agus Dharma (1994) mengemukakan bahwa pada saat memperoleh dukungan bersama, maka para anggota organisasi akan mulai berkomunikasi secara terbuka satu sama lain. Komunikasi ini memberikan peningkatan kepercayaan dan bahkan interaksi yang lebih banyak di dalam kelompok tersebut. Diskusi mulai memusatkan perhatian lebih khusus atas tugas-tugas pemecahan masalah pengembangan strategi pilihan untuk pemecahan masalah tersebut.
Untuk memahami komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya, kita perlu memahami prinsip-prinsip komunikasi. Devito (1997) mengemukakan delapan prinsip komunikasi yaitu : komunikasi adalah paket isyarat, komunikasi adalah proses penyesuaian, komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan, komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer, rangkaian dipunktuasi, komunikasi adalah proses transaksional, komunikasi tak terhindarkan dan komunikasi bersifat tak reversible.
Devito (1997) dalam bukunya Komunikasi Antarmanusia menjelaskan kedelapan prinsip tersebut sebagai berikut:
1. Komunikasi adalah paket isyarat.
Perilaku komunikasi, apakah melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh atau kombinasi keduanya biasanya terjadi dalam ‘paket’.
2. Komunikasi adalah proses penyesuaian.
Komunikasi hanya dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan system isyarat yang sama. Kita tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain kita system bahasanya berbeda. Namun kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan system isyarat yang sama persis. Oleh karena itu sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasi isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat tersebut digunakan dan memahami apa artinya.
3. Komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan.
Komunikasi menyangkut hubungan antara pembicara dan pendengar. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya, “Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini.” Pesan sederhana ini mempunyai aspek isi dan aspek hubungan. Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan yaitu bahwan menemui atasan setelah rapat sedangkan aspek hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Kalimat perintah yang sederhana menunjukkan perbedaan status diantara keduanya.
4. Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer
Dalam hubungan simetris, dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya. Ketika satu orang tersenyum, maka satu orang lainnya akan tersenyum. Sedangkan dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplenter yang lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan di antara keduanya dimaksimumkan, orang menempati posisi yang berbeda; satu sebagai atasan, yang lain bawahan; yang satu aktif, yang lain pasif.
5. Rangkaian komunikasi dipunktuasi
Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan tidak ada akhir yang jelas. Kita dapat membagi proses kontinyu dan berputar ini ke dalam sebab akibat atau ke dalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita mensegmentasikan kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-potongan yang lebih kecil. Istilah bagi kecenderungan untuk membagi berbagai transaksi komunikasi dalam rangkaian stimulus dan respon disebut sebagai punktuasi (punctuation).
6. Komunikasi adalah proses transaksional
Transaksi yang dimaksud adalah bahwa komunikasi merupakan suatu proses, bahwa komponen-komponenya saling terkait, dan para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan atau keseluruhan.
7. Komunikasi tak terhindarkan
Selama ini mungkin kita menganggap bahwa komunikasi berlangsung secara sengaja, bertujuan dan termotivasi secara sadar. Namun seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seorang sama sekali tidak merasa ingin berkomunikasi. Ketika kita duduk melamun, mungkin kita merasa bahwa kita tidak berkomunikasi, namun bagi orang lain yang melihat akan menafsirkan perilaku kita. Setiap perilaku kita mempunyai potensi untuk ditafsirkan
8. Komunikasi bersifat tak reversible
Sekali kita mengkomunikasikan sesuatu maka kita tidak bisa tidak mengkomunikasikannya. Kita hanya dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur disampaikan. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dalam mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali.
Sedangkan Mulyana (2003) dalam bukunya Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar menjelaskan beberapa prinsip komunikasi antara lain bahwa : komunikasi adalah suatu proses simbolik, setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi, komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan, komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan, komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu, komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi, komunikasi itu bersifat sistematik, semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi, komunikasi bersifat non sekuensial, komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional dan prinsip yang terakhir adalah Komunikasi bersifat inreversible, komunikasi bukan merupakan obat mujarab (panasea) untuk menyelesaikan berbagai masalah. Dijelaskan lebih lanjut oleh Mulyana (2003) sebagai berikut :
Prinsip 1. Komunikasi adalah suatu Proses Simbolik
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan akan simbolisasi atau penggunaan lambang. Beberapa hal terkait dengan penggunaan lambang, yaitu :
 Lambang / simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang.
 Lambang meliputi pesan verbal, non verbal dan obyek yang maknanya disepakati bersama.
 Lambang adalah salah satu kategori tanda, dimana hubungan antara tanda dan obyek juga dapat dipresentasikan oleh ikon-ikon dan indeks. Namun perlu dicatat ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan bersama, sedangkan lambang memerlukan kesepakatan.
 Ikon adalah suatu benda fisik dua atau tiga dimensi yang menyerupai apa yang dipresentasikan. Representasi ini ditandai dengan kemiripan misalnya : patung Sukarno adalah ikon Sukarno
 indeks adalah suatu tanda yang secara alamiah mempresentasikan obyek lainnya. Istilah lain yang digunakan untuk indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari yang disebut gejala (symptom). Indeks muncul berdasar hubungan antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan gelap adalah indeks hujan akan turun.
 Lambang mempunyai bebeapa sifat, yaitu:
 bersifat sembarang, manasuka atau sewenang-wenang.
Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata (lisan dan tulisan), isyarat tubuh, huruf, makanan, dandanan, tempat tinggal, dan sebagainya
 Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna, kitalah yang memberi makna pada lambang.
 Lambang itu bervariasi
Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu konteks waktu ke waktu yang lain. Misalnya Indonesia menyebut modul yang anda baca ini adalah buku, orang Inggris menyebutnya book, orang Jerman menyebutnya buch.
Prinsip 2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Kita tidak dapat berkomunikasi (We cannot not communication). Tidak berarti semua perilaku adalah komunikasi. sebagai contoh pada saat kita diminta untuk tidak berkomunikasi, hal ini sangat sulit dilakukan karena setiap hal yang kita lakukan berpotensi untuk ditafsirkan, ketika kita melotot ditafsirkan marah, ketika tersenyum ditafsirkan gembira. Begitu pula dengan sikap diam dapat ditafsirkan setuju.
Prinsip 3. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan
Setiap komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi disandi secara verbal, menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan disandi secara non verbal, menunjukkan bagaimana cara mengatakan, dan mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu dan bagaimana seharusnya pesan ditafsirkan.
Sebagai contoh, ketika seorang pemuda bertanya “ Mau pergi ke Jakarta, Dik?’ kepada seorang wanita yang duduk disebelahnya dalam sebuah kereta, bukannya pria itu tidak tahu bahwa kereta menuju ke Jakarta, melainkan pria tersebut ingin berkenalan atau ingin menunjukkan keramahannya.
Prinsip 4. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengjaan mulai dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika seseorang
mengamati kita pada saat menagis) sampai pada tingkat kesengajaan yang benar-benar direncanakan (misalnya seorang dosen yang mengajar di kelas).
Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi. meski kita tidak bermaksud untuk menyampaikan pesan. Namun perilaku kita potensial untuk ditafsirkan. Coba amati teman anda yang sedang mengikuti kuliah !, mungkin ada yang berpangku tangan, ada yang melamun, nah anda dapat menafsirkan perilaku teman anda tersebut, tanpa kesengajaan bahwa perilaku teman yang anda amati telah menyampaikan pesan.
Prinsip 5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, social dan psikologis. Sebagai contoh, topik-topik yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti “lelucon”, “acara televisi”, “mobil”, “bisnis” , atau “perdagangan” terasa kurang sopan bila dikemukakan di masjid.
Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan. Misalnya kunjungan seorang mahasiswa kepada teman kuliahnya yang wanita pada malam minggu akan dimaknai lain dibandingkan dengan kedatangannya pada malam biasa. Kehadiran orang lain , sebagai konteks social juga akan mempengaruhi orang-orang yang berkomunikasi. Misalnya dua orang yang diam-diam berkonflik akan merasa canggung bila tidak ada orang lain sama sekali di dekat mereka.
Suasana psikologis peserta komunikasi mempengaruhi juga suasana komunikasi. ketika orang-orang berkomunikasi. Misalnya ketika kita menyampaikan kritik kepada teman kita pada suasana santai atau bercanda mungkin akan diterima dengan baik oleh teman kita, namun jika kritik kita lontarkan pada saat teman sedang merasa sedih atau emosi maka akan membuatnya marah.
Prinsip 6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Selain itu ketika orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Misalnya kepada orang yang lebih tua kita akan memanggilnya dengan sebutan bapak / ibu, karena jika kita hanya memanggil namanya tentu akan membuatnya tersinggung. Dengan demikian orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespon.
Prinsip 7. Komunikasi itu bersifat sistematik
Komunikasi setidaknya menyangkut dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi, yaitu : system internal dan system eksternal
 Sistem internal
Seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga, kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya).
Istilah lain system internal : kerangka rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (filed of experience), struktur kognitif, pola piker , keadaan internal atau sikap (attitude).
System internal mengandung semua unsur yang membentuk individu (termasuk ciri-ciri kepribadian, pendidikan, penget, agama, dan sebagainya). Sehingga system internal ini dapat diduga dari kata-kata yang diucapkan atau perilaku yang ditunjukan.
 Sistem eksternal
System eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan diluar individu, seperti isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan disekitar, penataan ruang. Merupakan elemen-elemen berupa stimulasi publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi.
Komunikasi merupakan produk dari perpaduan antara system internal dan eksternal di atas. Lingkungan dan objek mempengaruhi komunikasi kita, namun persepsi kita atas lingkungan juga mempengaruhi perilaku kita.
Prinsip 8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi.
Kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa, pendidikan, atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan karena kesamaan tersebut komunikasi lebih efektif. Kesamaan bahasa khususnya akan membuat orang yang terlibat komunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama disbanding dengan orang yang tidak saling memahami bahasa yang digunakan.
Prinsip 9. Komunikasi bersifat non sekuensial
Sebenarnya komuniaksi manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah atau disebut juga bersifat sirkuler. Komunikasi sirkuler, ditandai beberapa hal berikut :
1) Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara, yang mengirim dan menerima pesan pada saat yang sama.
2) Proses komunikasi berlangsung timbal balik (dua arah)
3) Dalam prakteknya, tidak dapat dibedakan antara pesan dan umpan balik.
4) Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit. Misalnya komunikasi antara dua orang sebernarnya secara simultan melibatkan komunikasi dengan diri sendiri (berpikir) untuk menanggapi pihak lain.
Prinsip 10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Komunikasi pada dasarnya tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, namun merupakan proses yang berkesinambungan. Sebagai contoh ketika seorang anak dinasehati ibunya untuk rajin belajar, komunikasi ini tidak berakhir ketika ibunya selesai berbicara, namun akan berlangsung terus krena anak ini akan terus menerus mengingatnya atau memaknainya.
Dalam proses komunikasi, para peserta komunikasi saling mempengaruhi, seberapa kecil pengaruh itu, baik lewat komunikasi verbal maupun non verbal. Transaksi menunjukkan bahwa para peserta komunikasi saling berhubungan, sehingga kita dapat mempertimbangkan salah satu tanpa mempertimbangkan yang lainnya.
Implikasi dari komunikasi sebagai prose yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya).
Prinsip 11. Komunikasi bersifat irreversible
Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam menyampaikan pesan kepada orang lain, sebab efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya meralatnya. Sehingga muncul ungkapan “To forgive but not to forget” (kita bisa memaafkan kesalahan orang lain, namun tidak dapat melupakannya).
Prinsip 12. Komunikasi bukan merupakan obat mujarab (panasea) untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Banyak permasalahan antarmanusia yang disebabkan oleh masalah komunikasi, namun komunikasi bukan obat mujarab (panasea) untuk menyelesaikan masalah terebut, karena permasalahan tersebut berkaitan dengan masalah structural. Sehingga agar komunikasi efektif maka masalah structural harus diatasi. Sebagai contoh meskipun pemerintah berusaha menjalin komunikasi yang efektif dengan warga Aceh, tidak mungkin usaha tersebut berhasil, selama pemerintah masih memperlakukan mereka secara tidak adil.
DAFTAR PUSTAKA
Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Professional Books. Jakarta.
Mulyana, Deddy M. 2003. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung
Model Komunikasi
Desember 2, 2009
Dalam melihat fenomena komunikasi yang ada di sekitar, kita dapat menggunakan beberapa model komunikasi. Mulyana (2003) menjelaskan bahwa model merupakan representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak dengan menonjolkan penting unsure-unsur terpenting fenomena tersebut dan model jelas bukan fenomena itu sendiri.
FUNGSI DAN MANFAAT MODEL
Model merupakan gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Oleh karena itu model komunikasi memiliki tiga fungsi seperti yang diungkapkan oleh Gordon Wiseman dan Larry Barker dalam Mulyana (2003), yaitu :
1. Melukiskan proses komunikasi
2. Menunjukkan hubungan visual
3. Memperbaiki kemacetan komunikasi (membantu menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi)
Setiap pembuatan model tentunya memiliki beberapa manfaat. Raymond S. Ross menjelaskan beberapa keuntungan model, antara lain :
1. Model memberikan anda penglihatan yang lain, berbeda dan lebih dekat.
2. Model menyediakan kerangka rujukan untuk memikirkan masalah.
3. Model mungkin menyarankan kesenjangan informasional yang tidak sgera tampak dan konsekuensinya dapat menyarankan tindakan yang berhasil. Dengan kata lain kegagalan dapat memberi petunjuk mengenai kekurangan model
4. Menyoroti problem abstraksi.
5. Menyatakan problem dalam bahasa simbolik bila terdapat peluang untuk menggunakan gambar atau symbol.
BEBERAPA MODEL KOMUNIKASI
Komunikasi bersifat dinamis, oleh karenanya model komunikasi berkembang dengan pesat hingga mencapai ratusan model, namun disini kita hanya akan membahas beberapa model yang sangat popular :
Model Stimulus – Respons
Model ini merupakan model komunikasi paling dasar. Model ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi” yang sangat sederhana. Sebagai contoh bila seorang tersenyum kepada kita, maka kita akan membalas senyumannya, atau bila seseorang melotot kepada kita, maka kita akan merasa takut.
Stimulus respon
Model S – R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan dan tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar dan tindakan tentunya akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu (Mulyana, 2003)
Model Aristoteles
Model aristoteles merupakan model komunikasi paling klasik dan meletakkan model komunikasi verbal yang pertama kali. Aristoteles mengemukakan tiga unsure dasar proses komunikasi yaitu : pembicara (speaker), pesan (message) dan pendengar (listener).
seting
Pembicara ————–> Pesan —————> Pendengar
Seting
Gambar 1. Model Aristoteles
Model Aristoteles ini sering juga disebut model retoris yang kini dikenal sebagai komunikasi publik. Aristoteles mengemukakan bahwa inti dari komunikasi adalah persuasi. Namun dalam model ini memeliki beberapa kelemahan di antaranya adalah komunikasi dianggap sebagai fenomena statis, terfokus pada komunikasi yang bertujuan (disengaja) yang terjadi ketika seseorang berusaha membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya dan tidak dibahanya aspek nonverbal dalam persuasi (Mulyana, 2003)
Model Komunikasi Laswell
Model ini menggunakan 5 pertanyaan yang perlu ditanyakan dan dijawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu :
Who says what in which channel to whom with what effect ?
S M C R E
Model ini dikemukakan oleh Harold Lasswell tahun 1948. model Lasswell ini sering diterapkan dalam komunikasi massa. Model tersebut mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran dapat membawa pesan. Unsure sumber (who) merangsang pertanyaan mengenai pengendalian pesan, unsure pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi, saluran komunikasi (in which channel) dikaji dikaji dalam analisis media, unsure penerima (to whom) dikaitkan dengan analisis khalayak dan unsure pengaruh (with what effect) berhubungan dengan studi mengenai pengaruh (Mulyana, 2003).
Model Schramm
Wilbur Schramm membuat serangkaian model komunikasi mulai dari model yang sederhana, kemudian model yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu (Mulyana, 2003). Schramm menyatakan bahwa komunikasi senantiasa membutuhkan tiga unsure yaitu: sumber (source), pesan (message) dan sasaran (destination)
a. Model sederhana Schramm:
Sumber dan encoder adalah satu orang, sedangkan decoder dan sasaran adal;ah seseorang lainnya, dan sinyalnya adalah bahasa.
Source —–> encoder ——> signal ——> decoder —–> destination
Gambar 2. model sederhana Schramm
b. Model Schramm yang memperhitungkan pengalaman dua orang.
Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan, berdasarkan pengalaman masing-masing. Bila kedua lingkaran memiliki bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut , semakin miriplah bidang pengalaman (field of experience) yang dimiliki kedua pihak yang berkomunikasi. Bila kedua lingkaran pengalaman tidak bertemu, maka komunikasi tidak mungkin berlangsung. Bila wilayah yang berimpit kecil, artinya pengalaman sumber dan pengalaman sasaran jauh berbeda, maka sangat sulit menyapaikan makna dari seseorang ke orang lain (Mulyana, 2003)
c. Model komunikasi unpan balik sebagai ‘lingkaran’ yang berkelanjutan untuk berbagi informasi.
Model ini merupakan penyempurnaan model Schram sebelumnya yang menempatkan pentingnya umpan balik. Dalam proses komunikasi, setiap orang sekaligus sebagai enkoder maupun decoder yang secara konstan menyandi balik tanda-tanda dari lingkungan kita, menafsirkan tanda-tanda tersebut dan menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Proses kembali dalam model lingkaran disebut umpan balik (feed back).
Model Berlo
Muhamad (1995) menjelaskan bahwa model David K.Berlo menekankan komunikasi sebagai suatu proses dan menekankan “meaning are in the people” atau arti pesan yang dikirimkan pada orang yang menerima pesan bukan pada kata-kata pesan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa interpretasi pesan terutama tergantung kepada kata atau pesan yang ditafsirkan oleh si pengirim atau si penerima.
Berlo menggambarkan kebutuhan penyandi (encoder) dan penyandi balik (decoder) dalam proses komunikasi. Enkoder bertanggung jawab mengekspresikan maksud sumber dalam bentuk suatu pesan. Menurut Berlo, sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor: keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, system social dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan dan kode. Saluran berhubungan dengan panca indera: melihat mencicipi, mendengar, menyentuh, membaui (Mulyana, 2003).
Penelaahan terhadap Model Komunikasi Berlo :
1) Sumber ( Source )
Seorang baik sebagai sumber maupun penerima harus memperhatikan hal-hal berikut dalam berkomunikasi :
a. Ketrampilan berkomunikasi ( Communication Skills ) yang terdiri atas:
• Kemampuan sumber dalam menyusun tujuan komunikasi
• Kemampuan sumber dalam menterjemahkan pesan ke dalam bentuk signal atau ekspresi tertentu.
b. Sikap , terdiri atas :
• Sikap terhadap diri sendiri
• Sikap terhadap materi atau pesan
• Sikap terhadap penerima pesan (receiver) maupun sikap receiver terhadap sumber
c. Pengetahuan, meliputi:
• Pengetahuan sumber tentang receiver, media komunikasi yang sesuai, metode pendekatan yang sesuai, serta pengetahuan tentang pesan
• Pengetahuan receiver tentang sumber, media, maupun pesan
d. Sistem sosial budaya, baik sumber maupun penerima harus memperhatikan system social budaya yang ada, yang meliputi :
• Norma yang dianut
• Sistem pengambilan keputusan (misal : terka
it dengan inovasi bidang pertanian)
• Budaya yang berkembang dan dianut
2) Pesan dikembangkan berdasar :
• Kode pesan : penggunaan bahasa, gambar yang disepakati.
• Isi : disajikan utuh atau terpotong ?
• Perlakuan : pesan dapat dicerna oleh kelima indera manusia ?
3) Saluran komunikasi yang digunakan hendaknya:
• Baik menurut sasaran
• Dapat diterima oleh banyak sasaran
• Mudah digunakan oleh banyak sumber maupun penerima
• Lebih ekonomis
• Cocok dengan pesan (inovasi)
Mulyana (2003) mengidentifikasi kelebihan dan keterbatasan dalam model Berlo ini. Salah satu kelebihan model Berlo, bahwa model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi massa, namun komunikasi antarpribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model Berlo juga bersifat heuristik (merangsang penelitian) karena memperinci unsure-unsur yang penting dalam proses komunikasi. model ini misalnya dapat memandu anda meneliti efek ketrampilan komunikasi penerima atas penerimaan pesan yang dikirimkan. Atau jika sebagai pembicara mungkin mulai menyadari bahwa latar belakang pembicara akan mempengaruhi penerima pesan (receiver).
Sedangkan keterbatasan model Berlo ini adalah Berlo mengganggap bahwa komunikasi merupakan sebuah fenomena yang statis, disamping itu umpan balik yang diterima pembicara dari khalayak tidak dimasukkan dalam model grafiknya dan komunikasi non verbal tidak dianggap penting dalam mempengaruhi orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Arni. 1995. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta.
Mulyana, Deddy M. 2003. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
PROSES KOMUNIKASI
Desember 2, 2009
Proses merupakan uruta-urtan peristiwa. Karenanya, proses komunikasi diartikan sebagai urut-urutan peristiwa yang terjadi ketika manusia menyampaikan pesan kepada manusia lain (Vardiansyah, 2004).
TAHAPAN PROSES KOMUNIKASI
Vardiansyah (2004) dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi Pendekatan Taksonomi Koseptual, menjelaskan beberapa tahap proses komunikasi sebagai berikut:
Proses Komunikasi Tahap ke-1 : Pengintepretasian.
Yang diintepretasikan adalah motof komunikasi, terjadi dalam diri komunikator. Artinya, proses komunikasi tahap kesatu bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil mengintepretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan yang masih bersifat abstrak.
Proses Komunikasi Tahap ke-2 : Penyandian
Tahap ini masih terjadi dalam diri komunikator, pesan yang abstrak berhasil diwujudkan ke dalam lambang komunikasi. proses tahap ini disebut encoding, proses penyadian. Akal budi manusia berfungsi sebagai encoder, alat penyandi.
Proses Komunikasi Tahap ke-3 : Pengiriman
Tahap ketiga ini terjadi ketika komunikator melakukan tindak komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniahnya yang berfungsi sebagai transmitter, alat pengirim pesan.
Dalam tahap pengiriman pesan ini seringkali seseorang gagal mentransmit pesan yang disampaikan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai contoh adalah secara psikologis ia tidak sanggup atau tidak berani menyampaikan pesannya. Jika tidak dapat diselesaikan dalam komunikasi antar pribadi, maka untuk menyelesaikan tahap ini seseorang dapat meng-encode pesan dalam lambang nonverbal.
Proses Komunikasi Tahap ke-4 : Perjalanan
Tahap ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim (transmit) hingga pesan diterima (receive) komunikan. Jalan yang dilalui pesan untuk sampai ke komunikan disebut saluran komunikasi (communication’s channel), yang dapat melalui dua cara: dengan media (mediated communication) atau tanpa media (nonmediated communication).
Proses Komunikasi Tahap ke-5 : Penerimaan
Tahap ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan. Verbal dan nonverbal saling mengisi, sebagai satu kesatuan. Peralatan jasmaniah komunikan bertindak sebagai receiver dan akal budinya pun bekerja membawa pada tahap berikut.
Proses Komunikasi Tahap ke-6 : Penyandian Balik
Tahap ini terjadi dalam diri komunikan, sejak lambang diterima melalui peralatan jasmaniah yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya. Proses ini disebut decoding, penyandian balik.
Proses Komunikasi Tahap ke-7 : Penginterpretasian
Tahap ini terjadi dalam diri komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai ke dalam bentuk pesannya. Proses komunikasi tahap-tahap berikutnya berlanjut dan berulang. Komunikan menjalankan peran komunikator kedua dan terus berlanjut. Dalam komunikasi antarpribadi yang sirkuler, peran komunikator dan komunikan saling dipertukarkan, berlangsung cepat, dalam hitungan detik, dinamis bergantian.
Selanjutnya Vardiansyah (2004) menjleaskan bahwa dengan memahami adanya proses komunikasi, maka kita dapat memetik beberapa hal sebagai berikut:
1. Proses komunikasi bersifat dinamis
2. Tahapan proses komunikasi bermanfaat untuk analisis
3. Proses komunikasi dapat terhenti setiap saat
4. Pesan komunikasi tidak harus diterima
5. Tindak komunikasi merupakan indikasi utama dalam komunikasi
6. Komunikasi tidak harus memiliki umpan balik
DAFTAR PUSTAKA
Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Pendekatan Taksonomi Koseptual. Ghalia Indonesia. Bogor.
Unsur –unsur komunikasi :
1. Pengirim pesan (Komunikator)
2. Penerima Pesan (Komunikan)
3. Pesan
4. Saluran Informasi
5. Efek komunikasi
6. Feed Back

Mau dapet uang?
coba lihat link ini:
1. http://klikajadeh.com/?r=pratama
2. http://www.y-bux.com/?r=pratama
3. http://www.sentraclix.com/?r=pratama
4. http://duitbux.com/?r=ands
5. https://vistaclix.com/register.php/pratama.html
6. http://www.idr-clickit.com/register.php/panggabean.html